1. Definisi
restorasi indirect
Restorasi
yang ideal harus dapat melindungi permukaan oklusal dan menggantikan
tonjol-tonjol yang hilang agar dapat secara optimal melindungi struktur mahkota
gigi dan menambah ketahanan. Jenis restorasi yang diindikasikan bisa restorasi
plastis maupun rigid. Namun pada gigi yang pasca perawatan saluran akar lebih
banyak memakai restorasi rigid.Oleh karena banyak masalah-masalah restorasi
yang memerlukan pemecahan dan batasan-batasan tertentu yang tidak dapat
diselesaikan dengan menggunakan
restorasi plastis. Karena untuk masing-masing restorasi diperlukan dukungan
dari gigi. Bila dukungan dari gigi terbatas atau bahkan tidak ada, restorasi
tuang merupakan restorasi pilihan.Restorasi ini juga dikenal sebagai
restorasirigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang rigid
atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara
golongan semen (Fatmawati, 2011).
Restorasi
rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang rigid atau kaku
dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara golongan semen.
Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal, intrakoronal dan
interadikuler (Baum, 1997).
Restorasi
rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium dental dengan menggunakan
model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi. Umumnya
restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan sementara
sehingga lebih mahal untuk pasien Restorasi rigid
terdiri diri inlay, onlay dan overlay. Inlay adalah restorasi intrakoronal yang ditempatkan
bila kerusakan yang dialami mengenai sebagian cuso atau
tambalan yang berada diantara cusp, sedangkan onlay dan overlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari
1 cusp atau lebih dari 2/3 dataran oklusal karena sisa jaringan gigi yang
tersisa lemah.
Menurut Baum (1997),
macam-macam restorasi rigid yaitu
a. Restorasi
ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu
mahkota penuh atau complete crown.
Complete crown merupakan restorasi yang menutupi seluruh permukaan mahkota
klinis dari suatu gigi asli (Sumono, 2007). Terdapat berbagai jenis complete crown, diantaranya:
1) All metal crown
Mahkota ini sering disebut dengan
mahkota tuang penuh atau full cast crown.
Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi dari logam campur
yang dituang.Indikasinya yaitu untuk gigi molar dan premolar rahang atas dan
bawah, penderita dengan oklusi dan artikulasi yang berat, tekanan kunyah
besar, tidak memerlukan estetik, gigi dengan karies
cervikal, dekalsifikasi, dan enamel hipoplasi.
Kontraindikasinya yaitusisa mahkota gigi tidak cukup terutama pada gigi dengan
pulpa vital, memerlukan estetik pasien dengan OH buruk sehingga restorasi mudah
tarnish, gusi sensitif terhadap logam.
2)
All ceramic crown (mahkota porselen)
Teknologi porselen gigi merupakan
bidang ilmu paling cepat perkembangannya dalam bahan kedokteran gigi. Porselen gigi
umumnya digunakan untuk memulihkan gigi yang rusak ataupun patah dikarenakan
faktor estetiknya yang sangat baik, resistensi pemakaian, perubahan kimiawi
yang lambat, dan konduktifitas panas yang rendah. Terlebih lagi, porselen
mempunyai kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik struktur gigi (Baum,
1997).
Komposisi porselen gigi konvensional
adalah keramik vitreus (seperti kaca) yang berbasis pada anyaman silica (SiO2) dan feldspar potas (K2O.Al2O3.6SiO2) atau feldspar soda (Na2O.Al2O3.6SiO2) atau keduanya. Pigmen,
bahan opak dan kaca ditambahkan untuk mengontrol temperatur penggabungan,
temperatur sintering, koefisien
ekspansi thermal, dan kelarutan. Feldspar
yang digunakan untuk porselen gigi relatif murni dan tidak berwarna. Jadi
harus ditambahkan pigmen untuk mendapatkan corak dari gigi-gigi asli atau warna
dari bahan restorasi sewarna gigi yang sesuai dengan gigi-gigi tetangganya
(Anusavice, 2003). Mahkota porselen mempunyai nilai estetik tinggi, tidak
mengalami korosi, tingkat kepuasan pasien tinggi, namun biayanyamahal dan
kekuatan rendah dibandingkan dengan mahkota metal-porselen. Indikasinya
membutuhkan estetik tinggi, Tooth discoloration,malposisi, gigi yang telah
dirawat endodonsi dengan pasak dan inti.Kontraindikasinya yaituindeks karies
tinggi, distribusi beban di oklusal tidak baik, dan bruxism.
3) Porcelain fused to metal
Pemilihan restorasi porselen fused to
metal sebagai restorasi akhir pasca perawatan saluran akar karena mampu
memberikan keuntungan ganda, yaitu dari segi kekuatan dan dari segi estetik.
Lapisan logam sebagai substruktur mahkota jaket porselen fused to metal akan
mendukung lapisan porselen di atasnya sehingga mengurangi sifat getas (brittle) dari bahan porselen, memiliki
kerapatan tepi dan daya tahan yang baik. Sementara lapisan porselen akan
memberikan penampilan yang estetik. Gigi pasca perawatan saluran akar yang direstorasi dengan mahkota porselen fused to metal tingkat keberhasilan
perawatannya tinggi (Puspawidjaja dkk., 2009).
b. Restorasi
intrakoronal
1) Inlay
dan onlay logam
Inlay merupakan restorasi
intrakoronal bila kerusakan mengenai sebagian cuspatau tambalan yang berada di
antara cusp, sehingga ukurannya biasanya tidak begitu luas. Onlay merupakan
restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari 1 cusp atau lebih
dari 2/3 dataran oklusal karena sisa jaringan gigi yang tersisa sudah lemah.
2) Inlay
dan onlay porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen
menjadi populer untuk restorasi gigi posterior dan memberikan penampilan
estestik yang lebih alamiah dibandingkan dengan
inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan dengan
resin komposit (hayashi dkk., 2000). Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika
sudah berikatan dengan permukaan email akan menguat pada gigi dengan cara yang
sama seperti pada restorasi resin berlapis komposit atau semen ionomer-resin
komposit.
3) Inlay
dan onlay komposit
Restorasi dengan resin komposit dapat
dilakukan secara indirect (tidak
langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit untuk tambalan
inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan keramik, sebab kekerasan
bahan keramik menyebabkan kesulitan apabila diperlukan penyesuaian oklusal atau
kontur, mudah pecah saat pemasangan percobaan sehingga menyulitkan operator.
Sedangkan resin komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan efektif, lebih
murah serta restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat dibuang hanya
dengan menggunakan hand instrument.Indikasinya:menggantikan
tambalan lama (amalgam) dan atau yang rusak dengan memperhatikan nilai estetik
terutama pada restorasi gigi posterior, memperbaiki restorasi yang tidak
sempurna atau kurang baik, serta fraktur yang terlalu besar dan apabila pembuatan
mahkota bukan merupakan indikasi (Iskandar, 1999).
Keuntungan restorasi secara indirect resin komposit dibanding
restorasi secara direct adalah dapat
dihindarinya konstraksi akibat polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran
tepi dapat dihindari. Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan
pembentukan kontur anatomis lebih mudah.Sedangkan kekurangan restorasi secara indirect resin komposit adalah adanya
ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutting cement). Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang
kurang sempurna dari semen akan berakibat negatif terhadap restorasi tersebut.
4) Overlay
Indikasi pembuatan overlay yaitu seluruh cusp gigi
mengalami kerusakan, namun dinding mahkota masih sehat. Bahan overlay akan
menutupi keseluruhan bagian oklusal gigi baik yang terkena defek maupun tidak.
Teknik preparasinya yaitu bagian oklusal menggunakan fissure bur kemudian
permukaan oklusal dikurangi 1,5-2 mm hingga hilang kontak dengan gigi
antagonisnya. Bagian proksimal preparasi menggunakan round end tapered
cylindrical bur dengan preparasi setengah mahkota klinis mengelilingi gigi dan
semua permukaan cavosurface enamel margin dibevel.
2. Indikasi
dan Kontraindikasi
a.
Indikasi perawatan restorasi indirect
1) Menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan
gigi yang tersisa sedikit (pada gigi belakang).
2) Kerusakan pada gigi posterior yang menerima
tekanan yang besar.
3) Apabila terjadi fraktur cusp.
4) Pengganti restorasi amalgam yang rusak.
5) Lebar karies atau kavitas lebih dari 1/3 - 1/2
jarak antar cusp.
6) Bila diperlukan perlindungan cusp. Dimana cusp
yang ada sudah tidak kuat atau memiliki resiko fraktur karena kurangnya
jaringan pendukung.
7) Abrasi gigi posterior yang luas.
8) Pasca perawatan endodontik.
9) Mahkota klinis masih tinggi sebagai retensi dari
onlay.
b. Kontraindikasi perawatan restorasi indirect adalah:
1)
Dinding
bukal dan lingual rusak
2)
Mahkota
klinis yang pendek
3)
Oral Hygiene buruk
4)
Frekuensi
karies tinggi
3.
Teknik
Pembuatan
a. Inlay
Indikasi pembuatan inlay yaitu
kerusakan gigi atau karies hanya meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi
posterior dan hanya mengenai sebagian cusp saja, serta untuk gigi vital. Cara
preparasi inlay yaitu.
1) Bidang
oklusal
a) Menggunakan
tapered fissure bur untuk preparasi vertical internal walls, pulpal wall dan
gingival walls.
b) Preparasi dengan menggunakan bur tapered fissure. Bentuk
preparasi divergen ke arah oklusal 2o – 5o. Diameter bur
disesuaikan dengan luas bidang yang akan dipreparasi
c) Membuat dovetail dan channel pada restorasi inlay kelas
II
2) Bidang
proksimal
a) Preparasi dimulai dari bidang oklusal dilanjutkan ke arah
proksimal dengan membuang jaringan karies dan sampai bebas dari kontak dengan
gigi tetangga dan daerah yang mudah dibersihkan (self cleansing). Dengan
tapered fissure bur dinding aksio bukal dan aksio lingual dibuat divergen ke
arah oklusal
b) Dibuat bevel pada axio pulpa line angle serta seluruh
permukaan cavo surface enamel margin dengan menggunakan bur fissure dan
membentuk sudut 40o terhadap permukaan tersebut (lebar bevel 1 mm)
c) Gingival wall juga dibevel
3) Penyelesaian
tahap akhir preparasi
a) Semua sudut yang tajam dibulatkan serta permukaan gigi
dihaluskan dengan finishing diamond bur
b) Pemberian basis Zinc phosphat cement pada dinding pulpa dan dinding aksial. Basis
di daerah dinding gingiva hanya sebatas dentin terbuka, tidak sampai ke tepi
enamel.
b. Onlay
Indikasi pembuatan onlay yaitu kerusakan gigi atau karies meliputi seluruh cups permukaan
oklusal gigi posterior, gigi vital atau non vital pasca perawatan saluran akar,
morfologi oklusal mengalami
perubahan oleh karena restorasi sebelumnya yang menjadi kurang baik. Cara preparasi
onlay yaitu:
1) Bidang
oklusal
a) Seluruh permukaan oklusal dipreparasi sesuai bentuk anatomi
sampai bebas dari gigi antagonisnya (1,5mm – 2mm) dengan wheel diamond bur/
fissure bur.
b) Bila ada kavitas kelas 1 oklusal, preparasi
dinding aksial divergen 2°-5° kearah oklusal
c) Pada gigi vital dengan abrasi tanpa kavitas, untuk
menambah retensi dibuat groove pada bidang bukal dan palatal kira-kira ½ tinggi mahkota klinis, ataupun arah proksimal
d) Untuk mengetahui pengambilan oklusal sudah memenuhi syarat, dapat dicek dengan menggigit lempang malam merah.
2) Bidang proksimal
a) Apabila
bidang proksimal tidak karies, pengambilan bidang proksimal hanya membebaskan
kontak dengan gigi tetangga dengan preparasi berupa slice.
b) Apabila
bidang proksimal karies,
preparasi berbentuk box (seperti pada inlay) dan
eksternal proksimal bebas dari bidang
kontak.
c) Dibuat
bevel pada seluruh pertemuan bidang oklusal dengan bidang bukal. Palatal dan proksimal
selebar 2 mm dengan sudut 30°
3) Penyelesaian
tahap akhir preparasi
a) Semua sudut yang tajam dibulatkan serta permukaan gigi
dihaluskan dengan finishing diamond, tungsten carbide bur (> 12 fluted ), sand rubber atau soflex
disc
b) Pemberian basis Zinc phosphat cement pada dinding pulpa dan dinding aksial. Basis
di daerah dinding gingiva hanya sebatas dentin terbuka, tidak sampai ke tepi
enamel
4) Tahap selanjutnya yaitu pencetakan untuk mendapatkan bentuk negatif dari gigi dan jaringan sekitarnya menggunakan heavy body dan light body, kemudian diisi dengan dental stone atau gips tipe IV untuk memperoleh model kerja.
5) Setelah
itu untuk inlay atau onlay meggunakan bahan porcelain fused to metal setelah
proses pencetakan kemudian proses pembuatan di laboratorium. Apabila pembuatan
restorasi inlay atau onlay sudah selesai dilakukan try in dan insersi dengan cara kavitas dibersihkan dan dikeringkan
kemudian sementasi menggunakan GIC tipe I (luting
cement).
(Muhariri dan
Suprastiwi, 2007).
Comments
Post a Comment