GIGI
TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
A.
Gambaran
Umum
Gigi
tiruan sebagian lepasan (GTSL) atau removable
partial denture merupakan gigi tiruan yang digunakan untuk menggantikan
satu atau lebih gigi beserta jaringan sekitar di bawahnya. Penggunaan GTSL
dapat dilakukan sendiri oleh pasien, baik ketika memasukkan ataupun
mengeluarkan.dari rongga mulut. GTSL digunakan sebagai gigi tiruan karena dapat
menggantikan fungsi gigi asli yang telah hilang, meliputi fungsi mastikasi,
estetik, fonetik, serta dapat mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar
tetap sehat. Selain itu, penggunaan GTSL difungsikan untuk mencegah terjadinya
migrasi pada gigi akibat adanya gigi yang hilang dan dapat meningkatkan
distribusi beban kunyah (Gunadi dkk., 2012).
B.
Indikasi
Penggunaan
GTSL dapat dilakukan pada beberapa indikasi tertentu, diantaranya.
1.
Keadaan hilangnya gigi dengan area edentulous yang panjang,
2.
Adanya resorpsi atau kerusakan tulang
alveolar yang parah,
3.
Tidak adanya gigi penyangga untuk gigi
tiruan cekat,
4.
Jaringan periodontal yang ada tidak mampu
untuk mendukung gigi tiruan cekat,
5.
Kebutuhan untuk perawatan immediate setelah pencabutan gigi,
6.
Pertimbangan biaya yang lebih murah dan
keinginan pasien (Gunadi, dkk., 2012).
C.
Kontraindikasi
Kontraindikasi
penggunaan GTSL diantaranya sebagai berikut.
1.
Kurangnya gigi yang tepat sebagai
dukungan, retensi, stabilisasi gigi tiruan sebagian lepasan,
2.
Rampan karies atau kondisi periodontal
yang tidak sehat,
3.
Kebersihan rongga mulut yang buruk,
4.
Pasien menolak pilihan perawatan karena
alasan estetik (Gunadi, dkk., 2012).
D.
Komponen
1.
Retainer
Retainer
merupakan
bagian GTSL yang berfungsi memberikan retensi dan menahan protesa tetap pada
tempatnya. Retainer dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu direct retainer dan
indirect retainer.
a. Direct retainer
Direct retainer merupakan
bagian yang berkontak langsung dengan gigi penyangga dan dapat berupa clasp atau cengkeram. Cengkeram dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, diantaranya.
1) Menurut
konstruksinya
a) Cengkeram
tuang atau cor (cast clasp)
Cengkeram tuang dibuat dengan
melakukan pengecoran logam ke dalam cetakan (mould space) yang diperoleh setelah penguapan pola malam (wax pattern). Cengkeram tuang dapat
dibedakan menjadi cengkeram oklusal dan cengkeram gingiva.
i) Cengkeram
tuang oklusal
(i)
Cengkeram akers
(ii) Cengkeram
kail ikan (fish hook/reverse loop/hairpin
clasp)
(iii) Cengkeram
mengarah belakang (back action
circumferential clasp)
(iv) Cengkeram
mengarah belakang membalik (reverse back
action)
(v) Cengkeram
setengah setengah (half and half clasp)
(vi) Cengkeram
kaninus (cuspid universal clasp)
(vii) Cengkeram
akers ganda (double akers clasp)
(viii) Cengkeram
embrasure (embrasure clasp)
(ix) Cengkeram
multipel
(x) Cengkeram
cincin (ring clasp)
(xi) Cengkeram
cincin membalik (reverse ring clasp)
(xii) Cengkeram
lengan panjang (long arm clasp)
(xiii) Cengkeram
kombinasi (combination clasp)
Cengkeram
tuang oklusal memiliki beberapa kekurangan, diantaranya, banyak menutupi gigi
penyangga, menambah dimensi oklusal gigi penyangga dan beban oklusal, serta
retensi yang tidak dapat ditambah atau dikurangi (Gunadi dkk., 2012).
ii) Cengkeram
tuang gingiva
Cengkeram tuang gingiva dapat
digunakan pada pasien dengan frekuensi karies tinggi, kasus dengan prioritas
estetik, gigi tiruan dukungan gigi, serta pada kasus dengan letak gigi
penyangga yang abnormal dalam lengkung gigi. Beberapa jenis cengkeram tuang gingiva
diantaranya.
(i)
Cengkeram proksimal de Van
(ii) Cengkeram
batang roach, meliputi cengkeram
batang T, T, U, batang I, batang L, batang S, batang R.
(iii) Cengkeram
mesio distal (Gunadi dkk., 2012).
b) Cengkeram
kawat (wire clasp)
Cengkeram atau klamer kawat dapat
terbuat dari bahan aloi nikel kromium atau stainless
steel. Jenis kawat yang dipakai untuk cengkeram anterior memiliki diameter
0,7 mm, sedangkan untuk cengkeram posterior diameter 0,8 mm. Terdapat beberapa
syarat cengkeram kawat, sebagai berikut.
i) Kontak
cengkeram dengan gigi penyangga secara kontinu,
ii) Lengan
cengkeram harus melewati garis survei (1-2 mm di atas tepi gingiva),
iii) Badan
cengkeram sirkumferensial harus terletak di atas titik kontak gigi penyangga,
iv) Sandaran
dan badan tidak mengganggu oklusi dan artikulasi,
v) Ujung
lengan cengkeram harus dibulatkan dan tidak boleh melukai jaringan lunak,
vi) Tidak
ada tanda bekas tang pada permukaan cengkeram (Gunadi dkk., 2012).
Penggunaan
cengkeram kawat memiliki beberapa keuntungan, diantaranya, lentur, retensinya
sesuai kebutuhan, diameter dapat kecil sehingga estetis baik, penutupan
permukaan gigi lebih minim dibandingkan klamer tuang, indiasi luas dan teknik
pembuatan mudah. Kerugian penggunaan cengkeram kawat diantaranya, mudah mengalami
distorsi, mudah patah, dukungan kurang memuaskan, dan tidak mampu menahan gaya
horizontal. Cengkeram kawat dibedakan menjadi cengkeram oklusal dan gingiva
(Gunadi dkk., 2012).
i) Cengkeram
kawat oklusal
(i)
Cengkeram tiga jari
(ii) Cengkeram
dua jari
(iii) Cengkeram
Jackson
(iv) Cengkeram
setengah Jackson
(v) Cengkeram
S
(vi) Cengkeram
panah
(vii) Cengkeram
Adam
(viii) Cengkeram
rush anker
ii) Cengkeram
kawat gingiva
(i)
Cengkeram Meacock
(ii) Cengkeram
panah Anker
(iii) Cengkeram
penahan bola
(iv) Cengkeram
C
c) Cengkeram
kombinasi (combination clasp)
Cengkeram kombinasi merupakan
cengkeram dengan lengan retentif berasal dari cengkeram kawat dan lengan
pengimbangnya berasal dari cengkeram tuang. Sebagian besar cengkeram kombinasi
berjenis sirkumferensial. Kelebihan utama dari cengkeram kombinasi dapat mencegah
terjadinya rotasi gigi penyangga, karena adanya lengan pengimbang yang kuat,
sehingga dapat mengimbangi gaya lengan retentif, selain itu lengan pengimbang
dapat melawan gaya horizontal lebih baik dibandingkan dengan cengkeram kawat.
Kekurangan cengkeram kawat adalah proses pembuatan yang terlalu sulit arena
adanya proses penyoldiran, dapat menyebabkan kawat menjadi rapuh apabila
pemanasan terlalu lama pada temperatur terlalu tinggi (Gunadi dkk., 2012).
2) Menurut
desainnya
a) Cengkeram
sirkumferensial (circumferential clasp)
b) Cengkeram
batang (bar type clasp)
3) Menurut
arah datang lengan
a) Cengkeram
oklusal
b) Cengkeram
gingiva
Pembuatan
cengkeram dilakukan berdasarkan beberapa prinsip tertentu, diantaranya.
1) Pemelukan
(encirlement), cengkeram harus
memeluk permukaan gigi lebih dari 180o dan kurang dari 360o.
2) Pengimbangan
(reciprocation), cengkeram harus
mampu untuk mengimbangi atau melawan gaya yang timbul karena bagian lain,
contohnya gaya yang timbul karena lengan retentif harus diimbangi dengan lengan
pengimbang.
3) Retensi,
kemampuan GTSL melawan gaya pemindah ke arah oklusal, seperti ketika berbicara,
mengunyah, tertawa, batuk, atau bersin.
4) Stabilisasi,
merupakan gaya untuk melawan pergerakan GTSL dalam arah horizontal, semua
bagian klamer berperan kecuali ujung lengan retentif.
5) Dukungan,
cengkeram harus dapat melawan gaya oklusal atau vertikal yang terjadi pada
waktu berfungsi atau mastikasi.
6) Pasifitas,
bagian lengan retentif cengkeram tidak menekan gigi penyangga.
Cengkeram secara
struktural terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut.
1) Badan
cengkeram (body), terletak antara
lengan dan sandaran oklusal.
2) Lengan
cengkeram (arm), terdiri dari bahu
dan ujung lengan.
3) Bahu
cengkeram (shoulder), bagian lengan
yang berada di atas garis survei. Bahu cengkeram disebut dengan lengan
pengimbang yang dapat berfungsi untuk menahan pergerakan horizontal.
4) Ujung
lengan (terminal), bagian ujung
lengan cengkeram atau disebut juga dengan lengan retentif. Lengan retentif
memiliki fungsi untuk mencegah pergerakan vertikal dan melawan pergerakan gigi
tiruan ke arah oklusal.
5) Sandaran
(rests), bagian yang bersandar pada
permukaan oklusal atau insisal gigi penyangga.
6) Konektor
minor (minor connector), bagian yang
menyatukan cengkeram dengan kerangka logam gigi tiruan (Carr dan Brown, 2016;
Gunadi dkk., 2012).

Gambar
1. Bagian cengkeram. Sandaran (a), badan (b), bahu (c),
terminal (d,h), lengan (e), konektor
minor (f,g).
Sumber:
Gunadi dkk., 2012
b. Indirect retainer, merupakan
bagian yang berfungsi untuk mengimbangi gerakan rotasi dan pemindahan gigi
tiruan. Gerakan rotasi apabila basis berotasi pada sandaran yang tetap pada
tempatnya, sedangkan gerakan pemindahan apabila sandaran oklusal bergerak dan
terangkat sehingga protesa terlepas. Penggunaan indirect retainer berfungsi untuk mencegah pergerakan basis
berujung bebas menjauhi lingir sisa, mengurangi gaya torsional dalam arah
antero-posterior pada gigi penyangga, menambah stabilisasi, membantu splinting gigi anterior, dan mencegah
konektor utama tertekan pada jaringan. Berikut macam bentuk indirect retainer.
1) Anterior
a) Gigi
i) Sandaran
oklusal, merupakan sandaran oklusal yang tidak terletak pada penyangga utama.
ii) Daerah
modifikasi
iii) Batang
lingual sekunder (Kennedy bar/continuous clasp/lingual apron), berfungsi
untuk memberi tahanan tidak langsung, membantu menyalurkan tekanan kunyah,
memberi dukungan protesa, dan menambah kekuatan konektor mayor.
iv) Cummer arm
b) Palatum
i) Dukungan
rugae, dengan melakukan penutupan rugae apabila kedudukan mukosa rugae padat.
ii) Batang
anterior-posterior
iii) Batang
horse shoe
2) Posterior
a) Gigi,
meliputi sandaran oklusal sekunder
b) Palatum
i) Batang
palatal posterior, digunakan pada kasus kehilangan gigi Kennedy kelas IV rahang
atas,
ii) Perluasan
basis
c) Lingir
sisa, meliputi retensi direct-indirect (Gunadi
dkk., 2012).
2.
Rests
Rests
atau
sandaran merupakan bagian GTSL yang bersandar pada permukaan gigi penyangga,
memiliki fungsi untuk memberikan dukungan vertikal. Sandaran ditempatkan
permukaan gigi yang dipreparasi sebagai kedudukan sandaran (rest seat or recess). Sandaran dapat
dibedakan menjadi sandaran posterior dan anterior.
a. Sandaran
posterior
Sandaran gigi posterior memiliki
fungsi untuk menyalurkan dan membagi gaya atau tekanan oklusal, menahan lengan
cengkeram tetap pada tempat, mencegah ekstruksi gigi, dan mencegah terjebaknya
sisa makanan antara cengkeram atau basis. Berikut jenis sandaran posterior,
diantaranya.
1) Oklusal
Sandaran oklusal ditempatkan pada
gigi premuloar dan molar yang telah dipreparasi. Sandaran oklusal berbentuk spoon shaped dengan sudut antara
sandaran oklusal dengan konektor minor <90o untuk menghindari
timbulnya gaya ortodontik. Kedudukan sandaran oklusal berukuran mesiodistal
2,5-3 mm, bukolingual 3-3,5 mm, dan tebal 1-1,5 mm.
2) Internal
Sandaran oklusal internal digunakan
hanya pada GTSL yang seluruhnya didukung gigi. Sandaran internal berfungsi
sebagai dukungan oklusal dan stabilisasi horizontal. Sandaran internal harus
terletak sejajar dengan arah pemasangan protesa.
3) Onlay
Sandaran onlay merupakan sandaran
oklusal yang diperluas hingga menutupi sebagian besar permukaan oklusal gigi
penyangga. Sandaran onlay dapat dibuat dari logam tuang atau dengan kombinasi
resin akrilik, hasilnya memiliki estetik yang baik namun mudah aus, selain itu
karies pada sandaran onlay mudah berkembang. Sandaran onlay dapat memperbaiki
dimensi vertikal dan mengurangi gaya lateral.
4) Kail
embrasur
Sandaran kail embrasur dibuat dengan
melewati dua embrasur gigi asli dan menutupi permukaan oklusal.
b. Sandaran
anterior
1) Singulum
Sandaran singulum dari segi mekanik
lebih baik dibandingkan dengan sandaran insisal karena letaknya lebih dekat
pada pusat rotasi gigi. Sandaran singulum ditempatkan di atas singulum gigi,
tidak terlihat dan tidak mengganggu lidah. Sandaran singulum berukuran
bukolingual 2,5 mm dan tebal 2 mm.
2) Insisal
Sandaran insisal disebut juga dengan embrasure hook ditempatkan pada sudut
insisal gigi anterior dengan preparasi mencapai enamel. Sandaran insisal
berukuran mesiodistal 3 mm dan vertikal 2 mm.
3) Restorasi
4) Lingual
sirkumferensial (Gunadi dkk., 2012).
3.
Konektor
a. Konektor
mayor
Konektor
mayor atau konektor utama merupakan komponen GTSL yang menghubungkan bagian
protesa yang terletak pada satu sisi rahang dengan satu sisi lainnya. Terdapat
empat syarat konektor mayor, yaitu rigid, sehingga gaya yang bekerja pada
protesa dapat disalurkan ke seluruh bagian, lokasi konektor tidak mengganggu
jaringan, serta tepi konektor tidak menekan dan harus membulat tidak tajam.
Konektor mayor dapat dibedakan menjadi konektor mayor maksila dan mandibula.
1) Konektor
mayor maksila
a) Batang
palatal tunggal (single palatal bar),
terletak pada bagian tengah palatum, indikasi pada kasus kehilangan satu atau
dua gigi pada setiap sisi rahang, daerah tak bergigi berujung tertutup, dan
kebutuhan dukungan palatum minimal.
b) Plat
palatal bentuk U, disebut juga dengan konektor palatum tapal kuda. Indikasi
pemakaian pada kasus kehilangan satu atau lebih gigi anterior atau posterior
atas, adanya torus palatinus luas, dan perlunya splint gigi anterior.
c) Batang
palatal ganda (double palatal bar),
indikasi pemakaian pada semua kelas Kennedy, terutama kelas II dan IV, pada
gigi penyangga anterior dan posterior yang terpisah jauh.
d) Plat
palatal penuh (full palatal coverage),
memiliki fungsi memberikan dukungan maksimal bagi gigi tiruan. Indikasi
pemakaian pada kasus kelas I dan II Kennedy dan pada kasus tanpa adanya torus
palatinus.
2) Konektor
mayor mandibula
a) Batang
lingual, konektor mandibula paling sederhana. Tepi inferior batang lingual
tidak boleh mengganggu jaringan sekitar.
b) Batang
lingual ganda, indikasi pemakaian pada kasus gigi depan bebas perawatan
periodontal dan pada kasus dengan celah interproksimal besar.
c) Plat
lingual, memiliki kekurangan dapat menghalangi stimulasi fisiologik jaringan
gingiva bagian lingual dan self cleansing
menjadi terganggu. Indikasi pemakaian pada kasus dengan frenulum lingualis
tinggi, torus mandibular besar, pasien dengan indirect retainer, pasien perlu stabilisasi gigi anterior.
d) Batang
labial, indikasi pemakaian apabila terdapat gigi yang terlalu miring ke
lingual, torus mandibula tidak dapat dikoreksi dan pada kasus dengan banyak undercut jaringan lunak sisi lingual
(Gunadi dkk., 2012).
b. Konektor
minor
Konektor
minor merupakan komponen GTSL yang menghubungkan antara konektor mayor dengan
basis atau klamer atau indirect retainer
atau sandaran oklusal. Konektor minor dapat berfungsi untuk menyalurkan tekanan
fungsional ke gigi penyangga. Syarat konektor minor harus rigid, biasanya
diletakkan pada daerah embrasur gigi dan berbentuk lancip ke arah gigi
penyangga (Gunadi dkk., 2012).
4.
Anasir gigi
Anasir gigi
merupakan bagian GTSL yang berfungsi untuk menggantikan gigi asli yang hilang.
Pemilihan anasir gigi perlu memperhatikan beberapa faktor tertentu,
diantaranya.
a. Ukuran,
meliputi panjang gigi dan lebar gigi. Panjang gigi dapat diketahui dari bertambahnya
usia yang menyebabkan permukaan insisal aus sehingga mahkota klinis menjadi
lebih pendek, panjang bibir atas yang pendek sehingga gigi depan terlihat
sampai setengahnya, kedalaman overbite yang
dalam cenderung menyebabkan gigi anterior terlihat, dan garis tertawa yang dapat memperlihatkan 2/3 panjang gigi.
Lebar gigi menurut John H. Lee bahwa jarak antara kedua ujung tonjol kaninus
atas sesuai dengan lebar hidung, menurut Sears, ukuran enam gigi anterior atas
sama dengan 1/3 jarak bi-zigomatikus, sedangkan lebar gigi insisif sentral
seperdelapan belasnya.
b. Bentuk,
meliputi bentuk permukaan labial gigi depan, garis luar distal gigi, dan garis
luar mesial gigi. Permukaan labial yang konveks gigi akan tampak lebih kecil,
gigi dengan sudut distal besar akan tampak lebih kecil, dan garis mesial konkaf
akan membuat gigi lebih kecil. Selain itu, bentuk gigi perlu memperhatikan
bentuk muka agar harmonis
c. Jenis
kelamin, pria memiliki garis luar gigi depan atas bersudut lebih tajam disebut
kuboidal, sedangkan wanita garis luar gigi berbentuk kurve disebut spheroidal.
d. Tekstur
permukaan, memperhatikan estetik, meliputi garis retak, daerah hipoplasia, groove, dan sebagainya.
e. Warna,
dapat mempengaruhi posisi, bentuk, dan kesan hidupnya gigi. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan warna anasir gigi diantaranya, lingkungan
kamar praktek meliputi sifat sinar, sumber cahaya, pakaian dan warna kamar,
serta perhatian kondisi pasien.
f. Bahan
elemen, biasanya terbuat dari bahan porselen atau plastik (Gunadi dkk., 2012;
Nallaswamy dkk., 2003).
5.
Basis
Basis merupakan
bagian GTSL yang mendukung elemen gigi tiruan dan berfungsi untuk menggantikan
tulang alveolar yang hilang. Selain itu, basis berfungsi untuk meneruskan
tekanan oklusal ke jaringan periodontal dan gigi penyangga, faktor kosmetik,
menstimulasi jaringan di bawah dasar gigi tiruan atau jaringan sub basal, serta
sebagai retensi dan stabilisasi gigi tiruan. Basis gigi tiruan dapat berupa
basis dukungan gigi (bounded saddle)
dan basis dukungan jaringan atau kombinasi ujung bebas (free end). Berdasarkan bahannya, basis dapat dibedakan menjadi
basis metal dan non metal.
a. Metal
Basis berbahan metal memiliki beberapa
keuntungan diantaranya, dapat menghantarkan termis, ketepatan dimensional,
kekuatan maksimal dengan ketebalan minimum, sedangkan kekurangannya basis metal
tidak dapat direkatkan kembali, warna basis tidak harmonis, relatif lebih
berat,serta teknik pembuatan yang lebih rumit dan mahal. Indikasi pemakaian
basis metal pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap resin akrilik, gaya
kunyah abnormal, ruang intermaksiler kecil, kasus basis dukungan gigi dengan
desain unilateral.
b. Non
metal
Basis
berbahan non metal salah satunya yaitu resin akrilik. Resin akrilik memiliki
beberapa keuntungan diantaranya, ringan, murah, mudah, dapat dicekatkan
kembali, dan warnanya harmonis dengan jaringan sekitar. Kekurangan resin
akrilik sebagai bahan basis diantaranya, merupakan penghantar termis yang
buruk, dimensi tidak stabil, mudah mengalami abrasi, kalkulus mudah melekat,
serta stabilitas warna yang kurang (Gunadi dkk., 2012).
E.
Tahapan
Pembuatan
Pembuatan
GTSL dapat dilakukan setelah pemeriksaan dan penegakan diagnosa pada pasien. Pemeriksaan
diagnostik mulut pada sebagian gigi yang hilang perlu dilakukan untuk
mempertahankan gigi-gigi yang ada, memelihara jaringan pendukung, serta
menciptakan efek estetik yang harmonis. Pada pembuatan gigi tiruan pasien perlu
untuk mengetahui tujuan perawatan, sehingga konstruksi gigi tiruan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien. Pembuatan GTSL dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut.
1.
Pencetakan pendahuluan
Pencetakan pendahuluan
merupakan pencetakan rahang untuk menghasilkan model diagnostik. Pencetakan
pendahuluan dilakukan untuk merencanakan preparasi mulut yang harus dilakukan
sebelum nantinya menggunakan protesa. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan
sendok cetak perforasi dengan nomor sesuai ukuran rahang pasien. Posisi pasien
duduk tegak dengan bidang oklusal sejajar lantai. Pencetakan pendahuluan
dilakukan dengan menggunakan bahan cetak alginat untuk membuat cetakan negatif.
Cetakan yang baik meliputi beberapa bagian berikut.
a. Semua
detail gigi terlihat, batas gingiva dengan gigi, serta preparasi sandaran.
b. Daerah
lingir, semua bagian lingir dan jaringan lunak tercetak.
c. Perlekatan
otot, hingga mukosa bergerak dan tidak bergerak.
d. Batas
cetakan untuk rahang atas bagian posterior meliputi fovea palatini dan Ah line, pada bagian lateral meliputi hamular notch, sedangkan pada rahang
bawah bagian posterior meliputi retromolar pad, lateral berupa ridge oblique externa dan frenulum
bukalis, lingual meliputi seluruh lingir sampai dasar mulut.
e. Detail
lain, cetakan tidak terdapat gelembung udara, lipatan, atau robekan, serta tidak
boleh lepas dari sendok cetak (Gunadi dkk., 2012).
Hasil
pencetakan pendahuluan selanjutnya dilakukan pengisian dengan menggunakan
gipsum tipe III dental stone.
2.
Preparasi mulut
Preparasi mulut
terbagi menjadi dua tahapan, yaitu.
a. Tahap
pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan lingkungan mulut yang sehat. Langkah
pendahuluan yang dilakukan seperti tindakan bedah pre prostetik, perawatan
periodontal, konservatif termasuk endodontik, bahkan ortodontik apabila
diperlukan.
b. Tahap
pengubahan kontur gigi, bertujuan untuk mempersiapkan rongga mulut sebelum
pemasangan gigi tiruan yang akan dibuat. Pada tahap ini dilakukan pengubahan
kontur untuk mengurangi hambatan pada bagian proksimal gigi atau permukaan gigi
yang malposisi, mencari bidang bimbing (guiding
plane), penempatan lengan cengkeran pada permukaan gigi di mana tidak
terdapat undercut yang diharapkan,
membuat preparasi untuk sandaran oklusal cengkeram, dan pengubahan bidang
oklusal.
3.
Pencetakan utama
Pencetakan utama
dilakukan setelah semua tindakan preparasi mulut telah selesai dan pasien telah
siap untuk perawatan gigi tiruan. Pencetakan utama dilakukan untuk menghasilkan
model kerja dengan menggunakan gips tipe III dental stone.
4.
Survei model rahang
Survei model rahang
merupakan prosedur untuk menentukan lokasi dan garis luar dari kontur dan
posisi gigi dan jaringan sekitarnya pada model rahang. Survei model rahang
dilakukan sebelum pembuatan desain gigi tiruan dengan menggunakan alat survei yang
disebut dengan surveyor. Bagian-bagian pada surveyor gigi terdiri dari basis
datar (horizontal base), tiang tegak
(upright column), lengan datar (horizontal arm), gelendong tegak (vertical spindle), dan meja basis (table base). Survei dilakukan untuk
dapat menganalisis hubungan dimensi antara jaringan lunak dan jaringan keras
dalam mulut, membantu dalam menentukan gigi yang akan dijadikan penyangga, dan
juga penentuan letak cengkeram. Berikut tujuan dilakukan survei model rahang.
a. Menentukan
arah pemasangan terbaik,
b. Menemukan
permukaan proksimal yang bisa disejajarkan, sehingga bisa digunakan sebagai
bidang bimbing,
c. Menetapkan
apakah daerah-daerah hambatan pada tulang maupun gigi perlu dibuang atau cukup
dengan pemilihan arah pemasangan lain saja,
d. Menentukan dan mengukur daerah yang dapat
dimanfaatkan sebagai retensi,
e. Menggambar
garis kontur terbesar pada gigi penyangga dan menentukan undercut yang tidak diharapkan yang perlu dihindari atau
dihilangkan (Gunadi dkk., 2012).
5.
Desain GTSL
Pembuatan desain
GTSL dilakukan melalui empat tahapan, yaitu.
a. Tahap
I, menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
Daerah tak bergigi pada setiap rahang
dapat bervariasi, baik panjang, jumlah, macam, dan letaknya. Klasifikasi edentulous sesuai dengan klasifikasi
Applegate Kennedy.
b. Tahap
II, menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Penentuan macam dukungan GTSL
dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut.
1) Keadaan
jaringan pendukung
Apabila jaringan gigi sehat, dukungan
sebaiknya berasal dari gigi, tetapi apabila keadaan gigi meragukan, sebaiknya
dukungan dipilih dari mukosa. Dukungan pada sadel berujung bebas (free end) sebaiknya berasal dari mukosa
untuk mencegah penerimaan beban kunyah tidak seimbang.
2) Panjang
sadel
Dukungan gigi dapat dipilih untuk
sadel yang pendek dengan gigi tetangga kuat, namun apabil sadel panjang dengan
gigi asli kurang kuat sebaiknya dipilih dukungan dari mukosa.
3) Jumlah
sadel
Untuk rahang dengan jumlah sadel multipel
perlu diperhatikan keadaan gigi-gigi yang masih ada serta jaringan mukosanya.
4) Keadaan
rahang
Sadel tertutup pada rahang bawah
dipilih dukungan berasal dari gigi.
c. Tahap
III, menentukan macam penahan
Faktor yang perlu diperhatikan untuk
menentukan macam penahan, yaitu.
1) Dukungan
dari sadel, berkaitan dengan indikasi dari macam cengkeram.
2) Stabilisasi
gigi tiruan, berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung yang ada dan
yang akan dipakai.
3) Estetika,
berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta lokasi dari gigi penyangga.
d. Tahap
IV, menentukan macam konektor
Pada protesa resin, konektor yang
digunakan biasanya berbentuk pelat, sedangkan pada kerangka logam bentuk
konektor bervariasi dipilih sesuai dengan kondisi pasien (Gunadi dkk., 2012).
6.
Penentuan hubungan maksilo-mandibula
Penentuan hubungan
maksilo mandibula dilakukan dengan pembuatan galengan gigit atau tanggul gigit
yang dibuat dari malam untuk menentukan hubungan oklusi gigi atas dan gigi
bawah. Hubungan rahang atas dan bawah dipengaruhi oleh hubungan rahang
horizontal dan vertikal. Hubungan gigi sebaiknya pada oklusi sentrik, yaitu
kondisi oklusi gigi dengan posisi kedua kepala sendi terletak di paling
posterior dari fossa glenoideus tanpa mengurangi kebebasannya untuk bergerak ke
lateral. Setelah hubungan rahang diperoleh, model rahang selanjutnya dipasang
pada artikulator dengan sudah tersusun cengkeram, anasir gigi di atas model,
sehingga dihasilkan gigi tiruan malam (trial
denture).
7.
Try
in malam
Pada gigi tiruan
malam terlebih dahulu dilakukan try in sebelum
protesa akhir selesai. Hal ini bertujuan sebagai percobaan terakhir untuk
menghilangkan keraguan operator maupun pasien. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada saat melakukan try in diantaranya.
a. Adaptasi
dasar gigi tiruan dan komponen gigi tiruan
b. Oklusi
c. Artikulasi
d. Estetik
e. Permukaan
poles
8.
Pemrosesan
Pemrosesan
dilakukan di laboratorium, disesuaikan dengan bahan basis yang akan digunakan.
Apabila menggunakan bahan resin akrilik, maka dilakukan flasking – packing – deflasking dan menghasilkan gigi tiruan
sebagian lepasan dengan basis resin akrilik.
9.
Selective
grinding
Hasil pemrosesan
selanjutnya dilakukan remounting dipasang
kembali pada artikulator dan dilakukan selective
grinding. Selective grinding dilakukan untuk menyesuaikan oklusi mencegah
terjadinya traumatik oklusi pada gigi tiruan.
10.
Finishing
dan
polishing
Finishing
dan
polishing dilakukan dengan membuang
sisa resin akrilik di sekitar gigi tiruan secara hati-hati dan menghaluskan
serta memoles gigi tiruan dengan tetap mempertahanan batas dan kontur gigi tiruan.
Polishing dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan abrasif berupa fumice dan
wool polishing bur (Anusavice, 2013).
11.
Try
in dan
insersi
Try
in GTSL
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan meliputi.
a. Pemeriksaan
stabilitas
Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan
menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian tanpa adanya
pergerakan.
b. Pemeriksaan
oklusi dan artikulasi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan
menggunakan articulating paper yang
diletakkan di antara gigi atas dan gigi bawah, kemudian pasien diinstruksikan
untuk mengatupkan rongga mulut 3-4 kali. Apabila oklusi dan artikulasi sudah
baik tanpa adanya traumatik oklusi, maka warna articulating paper akan tersebar merata antara gigi asli dan gigi
tiruan.
c. Pemeriksaan
estetik
Pemeriksaan estetik terutama pada
gigi anterior yang harmonis dengan gigi asli lain dan pada jaringan sekitar.
Setelah
dilakukan insersi GTSL, diberikan instruksi dan edukasi pada pasein terkait
dengan cara pemasangan dan pelepasan GTSL. Pelepasan dilakukan secara perlahan
dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk melalui tepi bukal sayap. Selain itu,
dilakukan edukasi terkait pemeliharaan GTSL meliputi pelepasan dan
pembersihannya.
a. GTSL
harus dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan secara teratur, minimal dua kali
sehari dengan sikat halus dan bahan non abrasif, dapat dengan menggunakan
deterjen cair.
b. GTSL
dapat dilepas dan direndam pada suatu tempat berisi air bersih apabila tidak digunakan
pada malam hari, untuk menghindari perubahan bentuk resin (Gunadi dkk., 2012).
Comments
Post a Comment