GIGI TIRUAN LENGKAP
Gigi
tiruan lengkap (GTL) merupakan protesa yang digunakan untuk menggantikan
kehilangan seluruh gigi (full edentoulus)
yang terjadi baik pada rahang atas maupun rahang bawah yang didukung oleh
jaringan pendukung dalam rongga mulut. Penggunaan GTL bertujuan untuk
megembalikan dan memelihara fungsi rongga mulut pada pasien full edentoulus. Indikasi dari GTL
menurut Robinson dan Bird (2003) adalah:
1. Pasien
dengan full endetoulus
2. Pasien
dengan gigi yang masih tersisa sedikit dan tidak dapat dipertahankan
3. Pasien
dengan gigi yang masih tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian
lepasan (GTSL) dan tidak terdapat alternatif perawatan lain
4. Pasien
menolak diberikan rekomendasi alternatif perawatan lain.
Kontraindikasi
dari GTL adalah:
1. Terdapat
pilihan perawatan lain
2. Pasien
memiliki penyakit fisik atau mental yang dapat mempengaruhi kekooperatifan
pasien selama pembuatan dan pemakaian gigi tiruan
3. Pasien
memiliki hipersensitifitas terhadap bahan gigi tiruan
4. Pasien
tidak menginginkan untuk mengganti gigi yang hilang (Robinson dan Bird, 2003).
GTL
terdiri dari beberapa komponen dan memiliki fungsi masing-masing, seperti :
1. Basis.
Basis berfungsi menggantikan tulang alveolar yang mengalami resorpsi dan
mendukung gigi tiruan yang hilang
2. Flange.
Flange berfungsi sebagai perluasan
basis yang membentang diatas mukosa
3. Post dam.
Post dam berfungsi sebagai retensi
GTL pada rahang atas
4. Elemen
gigi. Komponen ini berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang.
Menurut
Mc Cord dan Grant (2000), tahapan dalam pembuatan GTL terdiri dari beberapa
tahap, yaitu sebagai berikut:
A.
Pemeriksaan
klinis, diagnosa, rencana perawatan dan prognosis
Pemeriksaan
klinis pada pasien yang akan dilakukan pembuatan GTL perlu diperhatikan
beberapa hal seperti:
1. Bentuk
dan besar lengkung rahang
Bentuk dari lengkung
rahang terdiri dari 3 bentuk yaitu persegi, lancip, dan lonjong. Bentuk persegi
mempunyai sisi kiri dan kanan yang hampir sejajar, bentuk lancip mempunyai
bagian anterior yang sempit dan melebar kearah bagian posterior, dan bentuk
lonjong mempunyai bagian yang membulat baik di anterior dan posterior. Bentuk lengkung
rahang persegi dan lonjong lebih mantap dan kokoh dibandingan dengan bentuk
lancip.
2. Bentuk
lingir
Bentuk lingir yang
memiliki lingir tinggi mempunyai kemantapan dan kekokohan yang baik sebagai
GTL.
Bentuk lingir terdiri
dari 3 macam yaitu:
a) Bentuk
U, dimana permukaan labial atau bukal sejajar permukaan lingual atau palatal.
Bentuk ini memiliki bentuk yang paling menguntungkan dibandingkan bentuk lain.
Makin lebar puncak lingir maka semakin tinggi kemampuan untuk menahan daya
kunyah.
b) Bentuk
V, dimana berpuncak sempit dan kadang-kadang tajam. Bentuk ini kurang
menguntungkan dibandingkan dengan bentuk U. Hal ini dikarenakan dapat
menimbulkan terejepitnya mukoperiosteum sekitar lingir yang dapat menimbulkan
rasa sakit
c) Bentuk
jamur atau bulbous, dimana bentuk
membesar atau melebar pada daerah puncak. Bentuk ini memiliki keuntungan bentuk
yang hampir sama dengan bentuk U, namun terdapat celah yang dapat menimbulkan
rasa sakit saat memasang atau melepas protesa (Hashanur dkk., 2016)..
3. Hubungan
rahang atas dan rahang bawah
Hubungan rahang atas dan
bawah dicatat pada pasien dalam posisi istirahat. Hal ini membantu memberikan
pedoman penyusunan gigi dengan tidak menggangu estetik ke fungsi.
4. Kesejajaran
lingir rahang atas dan rahang bawah
Kesejajaran lingir rahang
atas dan rahang bawah membantu menentukan panjang gigi yang akan digunakan.
Kesejajaran lingir rahang atas dan rahang bawah terdiri dari 3 macam yaitu,
sejajar, konvergen dan divergen. Jarak kesejajaran kurang lebih 10-15 mm.
Kesejajaran lingir berhubungan erat dengan oklusi. Oklusi yang diharapkan pada
pasien tak bergigi adalah oklusi snetris yang harmonis dengan relasi sentris.
5. Tuber
maksilaris
Tuber maksilaris dapat
dicatat besar, sedang, atau kecil. Hal ini dapat terjadi satu sisi atau dua
sisi. Hal ini berpengaruh dalam penyusunan gigi dan arah pasang protesa.
6. Eksostosis
Eksostosis merupakan tonjolan
tulang membulat yang tajam akibat pencabutan gigi dan jika diraba terasa sakit.
Hal ini dipertimbangan karena dapat menggangu kemantapan geligi tiruan dan
menghilangkan retensi karena postdam yang kurang cermat.
7. Batas
jaringan bergerak dan tidak bergerak
Batas jaringan bergerak
dan tidak bergerak terutama pada palatum keras dan palatum lunak harus
diperhatikan karena dapat mengurangi retensi gigi tiruan. Hal ini ditangain
dengan pembuatan postdam dengan mengetahui kelas dari palatum lunak.
8. Tahanan
Jaringan
Tahanan jaringan dapat
dicatat besar/ sedang/ kecil. Hal ini bergantung dengan ketebalan jaringan yang
meliputi tulang rahang sebagai jaringan pendukung geligi tiruan. Pemeriksaan
ketahanan jaringan dilakukan dengan menekan beberapa tempat menggunakan
burnisher. Ketebalan jarngan yang normal adalah 2mm. Daerah yang biasanya
memiliki ketebalan jaringan yang kurang dari 2 mm adalah torus palatinus atau
torus mandibularis.
9. Lidah
Ukuran lidah perlu
diperhatikan dengan pencatatan besar/ normal/ kecil. Pergerakan juga dilihat
dengan dicatat aktif atau pasif. Hal ini dapat memperngaruhi basis gigi tiruan.
10. Air
ludah
Pemeriksaan air ludah
dapat dicatat kental atau cair serta banyak atau sedikit. Air ludah yang cari
dalam jumlah yang banyak dapat membasahi permukaan anatomis geligi tiruan
sehingga mempertinggi daya permukaan. Air ludah yang banyak dan kental mudah
melepaskan geligi tiruan dan mempersulit saat pencetakan (Hashanur dkk., 2016).
B.
Pencetakan
Rahang
Cetakan
rahang merupakan bentuk negatif dari seluruh jaringan pendukung geligi tiruan
yang selanjutnya dilakukan pengecoran untuk mendapatkan bentuk positif rahang
yang disebut model rahang. Cetakan rahang yang akurat bertujuan untuk
mendapatkan landasan geligi tiruan yang seoptimal mungkin, memberikan
kemantapan dan dukungan pada geligi tiruan, serta mempertahankan kesehatan
jaringan pendukungnya. Retensi GTL dipengaruhi oleh beberapa hal seperti tekanan
atmosfir, adhesi berupa gaya tarik menarik antara molekul yang berbeda, kohesi
yaitu gaya tarik mernarik antara molekul yang sama, tegangan permukaan, dan
daya otot (Harshanur, 2016).
Pencetakan
rahang dilakukkan setelah koreksi gangguan otot, TMJ, dan mukosa. Langkah-langkah
pencetakan dilakukan sebagai berikut:
1. Membuat
cetakan awal
a) Memilih
sendok cetak berupa stock tray dengan
ukuran dan bentuk yang sesuai dengan rahang pasien
b) Mempersiapkan
bahan cetak seperti irreversible
hydrocoloid
c) Memanipulasi
bahan cetak dan menaruh pada sendok cetak untuk rahang atas, sedangkan rahang
bawah dimaipulasi dan diletakkan pada retromolar dan lingual terlebih dahulu
kemudian diletakkan pada sendok cetak
d) Memasukan
kedalam rongga mulut
e) Menginstruksikan
pasien untuk menjulurkan lidah ke depan pada saat pencetakan rahang bawah
f) Tunggu
hingga mengeras
g) Melepas
sendok cetak berisi bahan cetak dari dalam rongga mulut (Hashanur dkk., 2016).
2. Membuat
cetakan akhir
Pembuatan
sendok cetak perseorangan pada model studi. Bahan yang digunakan berupa shellac base plate atau acrylic cold cure. Hal ini diawali
dengan pemotongan base plate sesuai dengan batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak, apabila dikehendaki dapat 1-2 mm lebih rendah untuk memberikan tempat
pada bahan cetak asal tidak mudah lepas, sehingga menghasilkan base–plate trimming. Selanjutnya dilakukan
muscle trimming dengan pembentukan
pinggiran sekitar rongga mulut dan batas posterior untuk rahang atas sehingga
menghasilkan bentukan seal untuk mencegah terjadinya kebocoran. Pegangan sendok
cetak perseorang juga dibentuk serta lubang berada pada daerah langit-langit
dengan jarak 4-5 mm. Lubang ini dibuat untuk mengalirkan bahan cetak yang
berlebihan sehingga tekanan yang ada dapat merata pada geligi tiruan dan
jaringan pendukungnya. Landasan sendok cetak perseorangan bagian tepi dipotong
3-4 mm dari buccal fold demikian pula
pada tepi bagian lingual dan digantikan dengan green stick compound untuk menciptakan border molding berupa
peripheral seal pada pasien. Bahan yang dapat digunakan untuk mencetak cetakan
akhir dapat berupa rubber base. Pada
pencetakan akhir terdapat beberapa teknik yaitu:
a) Pencetakan
dalam keadaan mulut terbuka
Teknik ini lebih
melibatkan operator, dimana operator saat pencetakan memegang sendok cetak
sambil menggerakan otot bibir dan pipi.
b) Pencetakan
dalam keadaan mulut tertutup
Teknik ini lebih
melibatkan keaktifan pasien, namun sendok cetak perseorangannya harus dibuat dari
bahan yang lebih kuat seperti oston serta pencetakan menggunakan bahan alginat
yang encer dimana konsistensi dari air lebih banyak dari bubuk.
Pencetakan
yang telah didapat selanjutnya dilakukan pencetakan model kerja dengan gips
tipe III (Harshanur, dkk., 2016).
C. Desain
Geligi Tiruan
Cara
kerja desain geligi tiruan berupa:
1. Persiapan
model kerja yang diawali dengan merapikan model kerja menggunakan trimmer,
pisau gips, dan amplas.
2. Pembuatan
desain GTL. Hal ini terdari beberapa tahapan yaitu:
a) Pembuatan
lekukan pengontrol pada dasar model kerja. Hal ini bertujuan agar keadaan model
rahang pada artikulator saat penyusunan gigi geligi sesuai dengan keadaan model
rahang saat sesudah GTL disalin dengan akrilik saat akan melakukan selective
grinding. 3 buah lekukan dibuat pada dasar model, yaitu satu di anterior dan dua
di posterior. Lekukan didbuat cukup dalam sebesar kurang lebih 7 mm dan landai
menggunakan pisau malam
b) Pembuatan
kawat penguat. Hal ini bertujuan agar oklusal rim yang akan dicoba dalam mulut
pasien pada saat menentukan hubungan maksila mandibula tidak berubah. Gambar
baatas-batas perluasan landasan GTL pada rahang untuk rahang atas kira-kira 1-2
mm didepan batas posterior atau garis “A” yang berkontak pada model rahang
dengan panjang kawat kira-kira 3-4 mm dibawah lingir rahang, sedangkan untuk
rahang bawah kira-kira di tengah-tengah antara puncak lingir dan batas inferior
sayap lingual egan anjang kawat tidak melenihi distal gigi molar pertama.
c) Penarikan
garis median. Hal ini bertujuan untuk panduan penyusunan gigi pemasangan model
kerja pada artikulator. Rahang atas dimulai dari frenulum labialis melewati
midpalatal suture sampai titik tengah fossa palatina, sedangkan rahang bawah
dimulai dari frenulum labialis melintasi frenulum lingualis. Garis median melewati
dasar model dan berhimpit diantara rahang atas dan rahang bawah.
d) Penarikan
garis puncak lingir. Hal ini bertujuan sebagai panduan dalam penyusunan gigi.
Garis ini melewati puncak processus alveolaris anterior dan posterior pada
kedua sisi dan dilanjutkan hingga tepi model. Garis anterior ditarik pada
daerah insisivus pertama hingga kaninus, sedangkan garis posterior ditarik dari
mesial premolar sampai daerah tuber maksila rahang atas dan retromolar pad pada
rahang bawah. Outline GTL pada rahang atas melalui daerah peripheral labial dan
bukal serta bagian posterior melewati vibrating line, pada rahang bawah melalui
peripheral labial, bukal, lingual dan bagian posterior sampai dengan retromolar
pad (Hashanur dkk., 2016).
D. Penentuan
dimensi vertikal dan oklusi sentrik
Pada
pasien full edentoulus berarti sudah kehilangan bidang oklusal, tinggi gigitan
atau dimnesi vertikal, dan oklusi sentrik. Hal-hal ini perlu dicari saat
pembuatan GTL dengan menggunakan bantuan media galangan gigit atau occlusal bite rim yang berfungsi untuk
menentukan dimensi vertikal dan mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien.
Galangan gigit terdiri dari bentuk landasan dan galangan malam, syarat
pembuatan landasan dan galengan gigit antara lain:
1. Lempeng
gigit harus beradaptasi baik dengan permukaan model
2. Lempeng
gigit harus mengikuti outline GTL
3. Galengan
gigit harus melekat baik dengan lempeng gigit
4. Lengkung
galengan gigit sesuai dengan lengkung rahang
5. Bidang
labial dan bukal galengan gigit tidak boleh melebihi sulkus
6. Penampang
galengan gigit berbentuk trapezium
7. Tinggi
galengan gigit rahang atas 20-22 mm dan rahang bawah 16-18 mm
8. Lebar
galengan gigit anterior 5 mm, premolar 7 mm, dan molar 11 mm
9. Galengan
gigit rahang atas dibuat sampai distal molar pertama dan rahang bawah sampai
retromolar pad
10. Galengan
gigit anterior rahang atas membentuk sudut 5o sehingga terdapat jarak bidang
labial galengan gigit rahang atas dan bawah sebesar 2 mm.
Cara
kerja permbuatan lempeng gigit rahang atas dan rahang bawah adalah sebagai
berikut:
1. Pertama-tama
dengan melunakkan malam merah diatas api spiritus kemudian ditekan pada rahang
atas dimulai pada bagian palatum
2. Tepi-tepi
malam yang berlebihan dipotong dengan pisau model kemudian malam pada dasar
vestibulum ditekan sehingga menempel dan membentuk lempeng gigit sesuai model
kerja
3. Malam
merah dirapikan mengikuti outline GTL
4. Lempeng
gigit rahang bawah diawali dengan memotong malam pada bagian linggir membentuk
huruf V. Malam yang telah dilunakkan ditekan pada model rahang bawah
5. Melipat
malam pada dasar vestibulum sehinggga membentuk lempeng gigit sesuai model
kerja
6. Pemotongan
malam merah sesuai outline GTL
7. Pembuatan
galengan gigit dilakukan dengan melunakkan malam merah dan digulung kemudian
diletakkan pada lempeng gigit diatas processus alveolaris
8. Membentuk
galengan gigit bagian bukal, labial, palatinal sesuai besar gigi dimana
anterior 5mm, premolar 7 mm, dan molar 10 mm
9. Membuat
garis panduan penyusunan gigi yang merupakan puncak ridge galengan gigit rahang
atas dan rahang bawah. Garis ini akan membagi bagian oklusal bukal dan palatal
dengan perbandingan 2:1 pada rahang atas dan perbandingan 1:1 pada rahang bawah
serta perbandingan 1:1 pada bagian anterior baik rahang atas maupun rahang
bawah
E. Uji
coba galengan gigit rahang atas dan rahang bawah
Uji
coba galangan gigit dilakukkan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menginstruksikan
pasien duduk dengan nyaman dan posisi tegak dan kemudian galengan gigit atas
dimasukkan kedalam mulut pasien dengan pedoman antara lain:
a) Adaptasi
landasan
Landasan harus diam tepat
pada tempatnya, permukaannya merapat dengan jaringan pendukung, pinggirannya
tidak terlalu panjang atau pendek
b) Dukungan
bibir dan pipi
Pasien harus tampak normal
seakan-akan seperti bergigi dengan penilaian sulkus nasolabialis dan philtrum
tampak tidak terlalu dalam atau hilang. Bibir dan pipi tidak boleh tampak
cembung atau cekung. Mengukur 1/3 panjang muka dan dimensi vertikal dengan
jangka sorong serta mengukur kesejajaran bidang orientasi dengan fox bite
gauge.
c) Panjang
galengan gigit
Pedoman galengan gigit
rahang atas adalah low lip line yaitu pada saat pasien istirahat. Garis insisal
galengan gigit atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat dari lateral,
sejajar garis ala nasi tragus. Apabila tersenyum garis insisal terlihat kira-kira
2 mm dibawah sudut bibir. Panjang galengan gigit atas dan bawah berpedoman glabella-subnasion = subnasion-gnathion = pupil-sudut bibir.
d) Bidang
orientasi
Mensejajarkan bagian
anterior dengan garis pupil dan bagian posterior dengan garis camper yang berjalan
dari ala nasi ke tragus.
2. Uji
coba galengan gigit rahang bawah dengan pedoman yang sama dengan rahang bawah
3.
Penetapan rumus
dimensi vertikal. Hal ini dilakukan dengan rumus

Physiological
rest position diperoleh dengan mengukur dimensi
vertikal dalam keadaan istirahat tanpa galengan gigit dalam mulut, sedangkan free way space merupakan ruang bebas
antar galengan gigit malam atas dan bawah yang biasanya 2-3 mm.
4. Penentuan
oklusi sentrik
Penentuan oklusi sentrik
dilakukan setelah dimensi vertikal didapat. Hal ini dapat dilakukan dengan
gerakan menelan dimana menempatkan ujung lidah pada bulatan malam yang ditempatkan
pada garis tengah landasan paling posterior, membantu pasien agar posisi rahang
bawah berada pada posisi paling posterior dengan mendorong rahang bawah dalam
keadaan otot kendor, serta menengadahkan posisi kepala pasien semaksimal
mungkin. Hal ini difikasi dengan menggunakan gips dengan membuat cekungan pada
malam rahang atas dan rahang bawah di regio kaninus dan premolar 2 baik kanan
maupun kiri.
5. Penentuan
garis orientasi lain. Hal ini dilakukan setelah oklusi sentrik yang harmonis
dengan relasi sentrik didapat. Garis orientasi lain berupa high lip line yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien
tersenyum serta menandai bagian kaninus atas kiri dan kanan yang segaris dengan
ala nasi.
F. Mounting
pada artikulator
G. Pemilihan
gigi
Pada
pemilihan gigi, perlu diperhatikan beberapa hal seperti bentuk wajah yang dapat
berbentuk persegi, tappering, dan
ovoid, profil wajah seperti datar, cekung, dan cembung, jenis kelamin, usia,
dan bahan yang diinginkan.
H. Penyusunan
gigi
Penyusunan
gigi dilakukan secara bertahap dari anterior rahang atas, anterior rahang
bawah, posterior rahang atas, dan gigi molar pertama bawah dan gigi posterior
rahang bawah lainnya. Faktor yang perlu diperhatikan pada saat penyusunan gigi
antara lain :
1. Inklinasi
gigi
2. Hubungan
setiap gigi dengan gigi tetangganya dan antagonis
3. Hubungan
kontak antar gigi atas dan bawah meliputi oklusi sentrik, working side, dan balancing
side
4. Overbite
dan overjet
5. Estetik.
I.
Konturing ginggiva
Hal
ini bertujuan untuk membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa
secara harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip mungkin dengan
anatomis dan jaringan mulut, sehingga diperoleh GTL yang stabil, retentif, dan
selaras dengan otot-otot orofasial pasien. Hal yang perlu diperhatikan saat konturing
gingiva berupa:
1. Root prominece
yaitu tonjolan pada gingiva yang mencerminkan adanya akar gigi di bawahnya
2. Mc call feston
yaitu daerah servikal gigi berupa garis dan membulat
3. Stippling
yaitu bintik-bintik pigmentasi diseluruh pemrukaan gingiva
4. Gingival
resection yaitu turunnya gingiva sehingga akar gigi tampak terutama pada lansia
5. Rugae
6. Raphae
palatine.
J. Pemrosesan
Hal
ini terdiri dari flasking atau penanaman kedalam kuvet, boiling out, packing,
curing dan deflasking.
K. Penyesuaian
oklusi
Hal
ini terdiri dari remounting dan selective grinding. Remounting bertujuan
untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari geligi tiruan yang
baru slesei diproses dilakukan dengan memasang kembali geligi tiruan rahang
atas dan rahang bawah pada artikulator. Selecetive grinding bertujuan
mengurangi terjadinya traumatik oklusi dari pemakaian gigi tiruan yang baru
diproses.
L. Penyelesaian
akhir
Penyelesaian
akhir terdiri dari membuang sisa-sisa rensin akrilik pada batasan geligi tiruan
dengan carbide bur serta melakukkan polishing dengan felt cone bur edngan
pumice serta bur bulu domba dengan bubuk batu kapur.
M. Try
in dan insersi
Pada tahp ini dilakukan
pemeriksaan stabilitas, oklusi, artikulasi, estetik dan edukasi terhadap
pasien. Stabilitas dilakukan pengecekan dengan menekan bagian depan dan
belakang geligi tiruan secara bergantian dan tidak boleh terdapat pergerakan.
Pada pemeriksaan oklusi dan artikulasi dilakukan dengan menggunakan
artikulating paper dan pasien mengucapkan beberapa huruf. Edukasi diberikan
kepada pasien mengenai cara menjaga kebersihan rongga mulut serta pembersihan
dari gigi tiruan (Gunadi dkk., 2012).
Itu indikasi gtl menurut bird dan robinson dapat sumber referensi dari mana yah?
ReplyDelete