A.
Pengertian Glass Ionomer Cement
Glass ionomer cement (GIC) atau Semen ionomer kaca (SIK)
pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang
merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat dengan
tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan flour dari semen silikat
dan kemampuan untuk melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen
polikarboksilat. Glass ionomer cement (GIC) atau Semen ionomer kaca (SIK) adalah bahan
restorasi yang melekat pada enamel dan dentin melalui ikatan kimia. Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan
cairan yang kemudian dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca
aluminosilikat dan cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik (Robert, 2002). Semen ionomer kaca ialah bahan restorasi yang paling
akhir berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama semen
ionomer kaca adalah kemampuan utama untuk melekat pada email dan dentin tanpa
ada penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat biokompatibilitas
dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour yang berfungsi
sebagai antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan sedikit,
koefesien ekspansi termal sama dengan struktur gigi (Noort, 2003).
Ada dua sifat utama Semen Ionomer
Kaca yang menjadikan bahan ini diterima sebagai salah satu bahan kedokteran
gigi yaitu karena kemampuannya melekat pada enamel dan dentin dan karena
kemampuannya dalam melepaskan fluoride. Salah satu karakteristik
dari Semen Ionomer Kaca adalah kemampuannya untuk berikatan secara kimiawi
dengan jaringan mineralisasi melalui mekanisme pertukaran ion. Mekanisme
perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh karena adanya peristiwa difusi dan
absorbs yang dimulai ketika bahan berkontak dengan jaringan gigi. Beberapa
penelitian telah membuktikan sifat antikariogenik Semen Ionomer Kaca dalam
melawan kariogenik. Penelitian yang dilakukan oleh Forss membuktikan bahwa
ternyata tidak hanya fluoride yang dilepas tetapi juga aluminium, sodium,
kalsium dan strontium (Batubara, 2011).
Semen ionomer kaca adalah bahan
restorasi yang paling akhir berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang
baik. Semen ini melekat pada enamel dan dentin melalui ikatan kimia. Kekurangan
SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain adalah kurang estestik,
sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle
(Robert, 2002). Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang
kemudian dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca
aluminosilikat dan cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik.
Beberapa sifat yang dimiliki semen ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas
terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan
enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya
karies sekunder. Kemampuan dalam melepaskan ion fluor terhadap compressive strength dari bahan
restorasi Semen ionomer kaca, mengakibatkan korelasi negatif antara pelepasan
ion fluoride dengan compressive strength. Bahan material
yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara
umum mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari material yang memiliki tingkat
pelepasan ion fluoride yang rendah (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca terdiri dari
bubuk dan cairan yang dapat mengeras setelah dilakukan manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat.
Walaupun memiliki karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan
alumina-silikat lebih tinggi pada semen silikat (Anusavice, 2003).
b.
Komposisi
Cairan
Cairan yang digunakan semen Ionomer Kaca adalah
larutan dari asam poliakrilat dalam
konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung membentuk gel
setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat
adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan,
mengurangi kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Anusavice,
2003).
Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang
memperbaiki karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi
memperpendek pengerasan. Terlihat peningkatan yang berkesinambungan secara
perlahan pada kekentalan semen yang tidak mengendung asam tartaric. Kekentalan
semen yang mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan kekentalan
(Anusavice, 2003).
Ketika bubuk dan
cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam akan memasuki permukaan
partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan semen tipis yang akan
mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion
fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan memasuki partikel kaca yang akan
membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor yang
dianggap dapat mencegah timbulnya karies sekunder. Selanjutnya
partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan (Anusavice, 2003).
B.
Sifat Glass Ionomer Cement
1.
Sifat
Fisis
a.
Anti karies ion fluor yang
dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan terhadap karies.
b.
Termal
ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel.
c.
Tahan
terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi dari
groove (Power, 2008).
2.
Sifat
Mekanis
a.
Compressive
strength: 150 Mpa, lebih rendah dari silikat
b.
Tensile
strength : 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat
c.
Hardness
: 4,9 KHN, lebih lunak dari silikat
d.
Frakture
toughness : beban yang kuat dapat terjadi fraktur (Power, 2008).
3.
Sifat
Kimia
Semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan
dentin, perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan
gigi dan ion COOH dari semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih
besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi
tambalan dapat dikurangi. Semen ionomer kaca tahan terhadap suasana asam, oleh
karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan
ini terjadi karena adanya polyanion dengan berat molekul yang tinggi ( Anusavice,
2004).
C. Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya
1.
Type
I – Luting cements
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi
permanen mahkota, jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner
komposit. Secara kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan
porselen. Memiliki translusensi yang
baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK yang diberikanpada
dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya
sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya
kebocoran mikro (micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit atau
onlay (Craig, 2004).
2.
Type
II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang
cukup memuaskan, SIK juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang
hilang seperti abrasi servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis
seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras (Craig, 2004).
3.
Type III – Liners and Bases
Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti
dentin, dan komposit sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan
dengan cepat untuk kemudianmenjadi
reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada matriks SIK
dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang nantinya akan
ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).
4.
Type
IV – Fissure Sealants
Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure
sealant. Pencampuran bahan dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir
ke lubang dan celah gigi posterior yang sempit (Powers, 2008).
5.
Type
V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak
menggunakan bahan resin komposit. Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu.
SIK memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion
Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari etsa
asam. Selain itu, SIK memiliki efek antikariogenik karena kemampuannya melepas
fluor. Bukti dari tinjauan sistematis uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan
dalam tingkat kegagalan braket Ortodonti antara resin modifikasi SIK dan resin
adhesif (Powers, 2008).
6.
Type
VI – Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti
(core), mengingat kemudahan SIK
dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam koefisien ekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya
cermet, Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah
populer. Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah
untuk menangani daripada logamyang
mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang menganggap SIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka
direkomendasikan bahwa gigi harus memiliki minimal
dua dinding utuh jika menggunakan SIK (Powers, 2008).
7.
Type
VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari
fluorida yang dihasilkan SIK dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak
ada review sistematis dengan atau tanpa meta-analisis yang telah dilakukan.
Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut periode terpanjang,
menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak
dari pada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin
komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam
periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih
tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung fluor (Craig, 2004).
8.
Type
VIII - ART (atraumatic restorative technique)
ART adalah metode manajemen
karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-negara dimana tenaga terampil gigi dan
fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini diakui oleh
organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat tangan sederhana
(seperti pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan menghapus karies
sebanyak mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi
dengan menggunakan SIK viskositas tinggi. SIK memberikan kekuatan beban
fungsional (Craig, 2004).
9.
Type
IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi
permanen karena kekuatan kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan
bahwa semen ionomer kaca dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam
gigi susu karena kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan
jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas.
Hal ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun,
masih diperlukan tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004).
D.
Indikasi
dan kontraindikasi
1.
Indikasi
:
a.
Restorasi
pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas
b.
Penumpatan
pit dan fisura oklusal
c.
Restorasi
gigi sulung
d.
Restorasi
lesi karies kl. V
e.
Restorasi
lesi karies kl. III lebih diutamakan yang pembukaannya arah lingual
f.
Reparasi
kerusakan tepi restorasi mahkota (Craig, 2004).
2.
Kontraindikasi
:
a.
Kavitas-kavitas
yang ketebalannya kurang
b.
Kavitas-kavitas
yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi
c.
Lesi
karies kelas IV atau fraktur insisal
d.
Lesi
yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor estetika (Craig, 2004).
E.
Manipulasi
Semen Ionomer Kaca
Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis
yang tetap kuat, kondisi-kondisi untuk SIK berikut harus dipenuhi: (1)
permukaan gigi yang disiapkan harus bersih dan kering, (2) konsistensi campuran
semen harus memungkinkan untuk dapat melapisiseluruh
permukaan yang bergelombang dan dudukan prostesis, (3) semen yang berlebih
harusdikeluarkan pada waktu yang tepat, (4) permukaan harus selesai
tanpa pengeringan yang berlebihan, dan (5) perlindungan permukaan restorasi
harus dipastikan untuk mencegah retak atau disolusi. Kondisi-kondisi ini
serupa untuk aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan finishing permukaan (Anusavice,
2009).
Semen Ionomer Kaca merupakan sistem bubuk-cairan
yang dikemas di dalam botol atau kapsul. Botol bubuk harus disentak dengan
lembut sebelum pengeluaran. Bubuk dan cairan dikeluarkan pada paper
pad atau glass slab. Bubuk
dibagi menjadi dua bagian yang sama.
Bagian pertama dari bubuk dicampur dengan spatula kaku ke dalam cairan sebelum
bagian berikutnya ditambahkan. Waktu pencampuran antara 30 hingga 60 detik,
tergantung pada produk. Semen digunakan segera karena working time setelah
pencampuran sekitar 2 menit pada 22oC. Pendinginan mixing slab
memperlambat setting reaction dan memberikan tambahan working time. Semen tidak boleh digunakan dalam bentuk ”kulit”
pada permukaan atau ketika konsistensi terasa menjadi lebih tebal. Hindari
kontak dengan air selama aplikasi ruangan harus diisolasi sepenuhnya. Semen
set di dalam mulut sekitar 7 menit dari awal pencampuran (Powers, 2008).
F.
Tehnik
preparasi kelas III
1.
Tentukan
batas garis luar kavitas
2.
Untuk
mendapat akses ke dentin yang terkena karies. Jika gigi tetengga masih ada maka
dilakukan dengan bur tungsten carbide atau bur intan dengan kecepatan tinggi
melalui ridge tepi emaildan aspek palatal
3.
Dinding
labial sebaiknya dipertahankan
4.
Perluasan
dinding email dipermukaan palatal kearah palatal, insissal maupun gingival
dilakukan dengan bur bulat kecil.
5.
Retensi (groove stabilitasi) dibuat dengan bur bulat.
G.
Cara
penumpatan
1.
Tahapan
Isolasi. Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi
saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat digunakan
untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas
atau cotton roll,dan isolator karet atau rubbedam (Baum,
1997).
a.
Saliva
Ejector
Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk
menghisap saliva yang tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva
ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut.
b.
Gulungan
Kapas atau Cotton Roll
Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan
kedokteran gigi memiliki beberpa ukuran panjang dan besar. Namun yang sering
digunakan adalah cotton roll nomor 2 dengan
panjang inchi dan diameter inchi. Cotton
roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi
jangka pendek pada rongga mulut. Biasanyacotton roll harus sering
diganti karena akan sering terbashi oleh saliva. Penggunaancotton roll bersama saliva
ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002)
c.
Rubber
Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang
seefektif dari rubber dam. Lembaran karet ini dengan gigi - gigi yang
menonjol melalui lubang pada lembaran itu memberikan isolasi yang positif dan
jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber
dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif. Rubber
dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.
d.
Pembersihan
Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang
dicampur dengan air. Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
e.
Tahap
preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh
tepi enamel selebar 2-3 mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure
bur dengan sudut 450Gigi dengan karies dibersihkan
dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin
dibuat bevel.
1)
Tahap
pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk kasus
kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak
didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin
dipertahankan mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan restorasi
yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih menyusahkan
operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena akan
menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan
jika gigi tetangganya tidak ada. Setelah akses tahap selanjutnya adalah
pembuatan kavitas atau outlineform, pada kasus ini hanya dibuat
berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan
dentin yang sebenarnya tidak terserang karies tetapi kelihatannya sudah lemah
harus dihilangkan.
Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan
atau extension for prevention. Untuk kelas III pada tahap
resisten yaitu pembuatan bevel tidak perlu dilakukan karena
menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontakdengan gigi tetap pada
tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup tanpa
membuat alur retensi khusus. Bentuk retensi pada setiap kasus berbeda
tergantung pada besar kavitasnya apakah kecil atau besar Retensi pada kelas III
adalah undercut. Undercut dibuat di dnding gingival aproksimal dan undercut pendek
berupa pit di dinding insisal. Pada restorasi plastis kommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu
retensi mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap
selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan
dentin karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder.
Selanjutnya adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi
diirigasi dengan aquade ststeril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas
perlu diperiksa lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan.
Pembuatan kavitas pada gigi merupakan salah satu proses yang sangat
penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun
preparasi gigi lainnya (Tarigan, 2004). Pembuatan dan pelebaran kavitas atau
biasa disebut dengan preparasi dilakukan dengan mengebur bagian gigi yang
diperlukan sampai dengan kedalaman tertentu yang diinginkan. Proses preparasi
ini menghasilkan produk yang biasa disebut dengan smear dan terbentuk akibat dari gesekan antara instrument preparasi
dengan dinding kavitas (Semeraro et al., 2006). Smear akan tertekan masuk ke
tubulus dentin di akar gigi sedalam 5-40μm dan seringkali menyebabkan
terbentuknya koloni bakteri, terkadang juga menimbulkan reaksi peradangan
apabila terdorong sampai apeks gigi (Violich et al., 2010)
Smear yang terdapat pada ujung tubulus dentin berbentuk plugs dan
disebut sebagai smear lapisan dalam atau smear plugs, sedangkan untuk lapisan
luar dari smear disebut dengan smear layer berada di sekeliling dinding kavitas
dan lapisan smear layer ini harus dibersihkan (Torabinejad et al., 2003). Smear
layer adalah suatu lapisan tipis setebal satu mikron pengisi orifis tubulus
berupa debris yang mengandung partikel organik dan anorganik dari jaringan yang
terklasifikasi, jaringan nekrotik, prosesus odontoblas, jaringan pulpa dan juga
mikroorganisme lainnya, terutama hidroksiapatit dan kolagen yang terdenaturasi
(Walton et al., 2008). Konsistensi kolagen smear layer ini bisa berubah seperti
gelatin akibat dari friksi dan panas dari proses instrumentasi pada prosedur
preparasi (Balto et al., 2012). Fungsi dari smear layer sendiri adalah untuk
melindungi dan menurunkan permeabilitas dentin sampai dengan 80%, namun smear
layer yang terdapat pada dasar kavitas banyak mengandung bakteri, debris dentin
serta dapat menghalangi proses bonding sehingga ikatan atau daya adhesi antara
bahan restorasi terhadap dentin menjadi lemah (Grossman, 1995).
Pembersihan smear layer harus dilakukan, salah satunya dengan pemberian
bahan dentin conditioner yang bertujuan menghilangkan lapisan smear dari
dinding kavitas agar meningkatkan perlekatan pada bahan restorasi adhesif dan
juga mencegah penetrasi mikroorganisme ataupun bahan-bahan yang dapat
mengiritasi jaringan pulpa sehingga menghalangi daya adhesi (Tarigan, 2004).
Lapisan dalam dari smear atau smear plugs tetap dipertahankan guna menutup
tubulus dentin dekat jaringan pulpa. Dentin conditioner yang banyak digunakan
biasanya memiliki sifat asam, seperti asam fosfat, asam oxalic, asam maleic,
asam poliakrilat dan asam nitric (Baum et al., 2002). EDTA (ethylenediaminetertaasetic) dan NaOCL
juga sering digunakan sebagai bahan untuk melarutkan smear layer pada dinding
saluran akar. Semakin kuat kandungan asam, maka reaksi yang dihasilkan akan
semakin kuat (McCabe et al., 2008). Bahan asam akan menghasilkan reaksi asam
basa dengan hidroksi apatit, kemudian hidroksi apatit akan larut dan membuka
tubulus dentin yang akan membentuk permukaan yang akan terdemineralisasi (Grossman,
1995).
2)
Tahap
Persiapan Bahan
Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik.
Dilakukan pada paper pad, Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2
bagian, I bagian dicampur sampai konsistensi milky, sisanya di mixing dan
dilakukan wkt total 45-60 detik (tgt pabrik).
a)
Mixing
dicampur
dengan cepat dengan cara melipat.
Pengadukan harus selesai dalam waktu 40 detik. Cairan tidak boleh dikeluarkan
sampai tepat sebelum waktu pengadukan dilaksanakan (terjadi penguapan air
penaikan viskositas). Konsistensi adonan terlihat kental dan berkilat di
permukaan asam poliakrilat masih basah & dapat melekat ke struktur
gigi
b)
Penempatan
bahan ke dalam kavitas
Adukan
semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe insulin ke
dalam kavitas gigi, selanjutnya
dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu (untuk memberi
kontur)
c)
Penyelesaian
permukaan dari semen yang telah mengeras
Prosedur
penyelesaian lanjutan, dianjurkan waktu penyelesaian selama 10 menit,untuk
mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi menjadi agak kurang
d)
Prosedur
pasca restorasi
Tambalan
harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang terbuka
akibat baru dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena itu, restorasi
GIC dilindungi dengan lapisan varnish atau resin.
H.
Reaksi
Pengerasan Semen Ionomer Kaca
Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam
polielektrolit berkontak dengan permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan
menghasilkan pelepasan sejumlah ion. SIK
mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling overlapping. Fase
pertama adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi ionisasi radikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai
asam (asam poliakrilat) menjadi ion COO- (ion
karboksilat) dan ion H+. Ion H+ bereaksi pertama kalipada permukaan partikel
kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti Ca2+ dan Na+ ke dalam cairan.
Kemudian ion H+ tersebut berpenetrasi kembali hingga mencapai struktur yang kurang terorganisasi
menyebabkan terlepasnya ion Al3+. Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu
berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin besar rasio bubuk
dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan semakin besar (Craig, 2004).
Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan
dengan struktur gigi. Secara fisik
SIK terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan pada fase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan
untuk perlekatan ke gigi tersedia
dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan ion ini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan berkilau
SIK, matriks poliasam bebas bereaksi dengan kaca
sehingga kurang mampu berikatan dengan strukturgigi atau struktur
lainnya (Craig, 2004).
Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase
hidrogel. Fase hidrogel terjadi 5 sampai 10 menit setelah pencampuran
dilakukan. Selama fase ini, ion-ion kalsium
yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam
polianionik yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada
fase hidrogel ini mobilitas rantai polimer berkurang sehingga menyebabkan
terbentuknya gelasi awal matriks ionomer. Selama fase hidrogel
berlangsung, permukaan SIK harus dilindungi
dari lingkungan yang lembab dan kering karena ion kalsium yang bereaksi
dengan rantai poliasam polianionik mudah larut dalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka ikatan
silang ionik yang mudah larut tersebut
akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan derajat
translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika (Craig, 2004).
Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras
dan opak. Opaksitas tersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks
refraksi antara filler kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara
dan akan menghilang selama reaksi pengerasan akhir terjadi. Fase terakhir
adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan akhir, dapat
berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi
mature ketika ion-ion aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih
lambat, terikat ke dalam campuran semen membantu membentuk hidrogel poligaram
yang menyebabkan semen menjadi lebih kaku (Anusavice, 2009).
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih
menyerupai gigi, disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler
kaca hampir sama dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya
penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak, maka hal
tersebut mengindikasikan bahwa gel poligaram tidak terbentuk disebabkan karena
adanya kontaminasi air. SIK yang telah mengeras secara sempurna terdiri
atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks poliasam (Anusavice, 2009).
I.
Bahan
Pelindung GIC
Keluar masuknya air dari SIK dalam 24 jam
pertama akan menurunkan sifat fisik dan estetik, sehingga diperlukan lapisan
pelindung yang kedap air. Beberapa lapisan pelindung yang saat digunakan adalah
varnis dan bonding. Varnis merupakan larutan resin, shellac, copal,
sandarac, dan medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau
alkohol. Pada penguapannya, varnis membentuk lapisan tipis yang lengket atau
film yang merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau bahan
pengiritasi. Varnis yang diaplikasikan di atas permukaan SIK bertujuan untuk
mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24 jam pertama setelah penempatan
tumpatan SIK di dalam kavitas.15 Selain itu, varnis juga digunakan untuk
melindungi SIK yang belum mengeras secara sempurna dari pengeringan akibat
perubahan mekanisme hilangnya air. Komposisi yang terdapat di dalam varnis yang
digunakan sebagai bahan pelindung SIK di bawah ini:
1.
Komposisi
% komponen kimia berdasarkan berat
2.
Asetat
isopropyl 60-70%
3.
Aseton
14%
4.
Kopolimer kloride vinil dan asetat vinil 14%
Borgata Hotel Casino and Spa - MapYRO
ReplyDeleteBorgata 정읍 출장안마 Hotel 시흥 출장샵 Casino 나주 출장샵 and Spa 광주광역 출장샵 in Atlantic City offers more than 175,000 square feet of gaming. It offers 인천광역 출장안마 over 3,000 slot machines, over 500 table games,